Waspadai Penyakit KOLERA
alam beberapa bulan belakangan ini timbul wabah kolera di Yaman. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah kolera yang melanda wilayah konflik Yaman telah menewaskan sekitar 1.500 penduduk. Nevio Zagaria, perwakilan WHO di Yaman mengatakan bahwa wabah epidemi itu telah menyerang di 21 provinsi dari 22 provinsi di Yaman. Diperkirakan hingga 30 Juni 2017 wabah ini telah meluas menjangkiti 246000 warga Yaman.
Perwakilan UNICEF di Yaman, Sherin Varkey menambahkan bahwa seperempat korban jiwa adalah anak-anak. Wabah itu menyebar dengan cepat, khususnya terhadap anak-anak. Dari catatan UNICEF, wabah kolera di Yaman menjangkiti kurang lebih 5.000 orang per hari. Yaman porak-poranda akibat perang dan menjadikannya tempat bagi perkembangbiakan penyakit kolera.
Pandemi penyakit kolera pertama kali ditemukan di Gangga Delta India pada tahun 1817 dan berlangsung sampai tahun 1824 (Frerichs, 2010). Pada daerah ini, pandemi kolera telah terjadi sebanyak 7 kali selama 200 tahun terakhir. Selanjutnya penyakit ini menyebar dari India ke Asia Tenggara, Cina, Jepang, Timur Tengah, dan selatan Rusia.
Pada 2010 dunia dikejutkan dengan adanya wabah kolera di Haiti, angka resmi korban jiwa akibat kolera di Haiti mencapai 1.721orang. Penyakit Kolera masih menjadi masalah kesehatan bagi penduduk di negara-negara berkembang di dunia, terutama di Afrika, Asia Selatan dan Amerika Latin.
Penyakit kolera cepat menyebar pada daerah yang padat penduduk dengan hygiene dan sanitasi yang buruk serta penyediaan air minum yang kurang memadai.
MENGENAL PENYAKIT KOLERA
Penyakit kolera adalah infeksi usus yang bersifat akut. Gejala dari penyakit kolera antara lain adalah diare yang terus menerus seperti air cucian beras, mual, muntah, nyeri atau kram perut dan gelisah. Gejala kolera pada anak-anak biasanya lebih berat daripada orang dewasa.
Akibat diare dalam jumlah banyak dan disertai muntah dapat menyebabkan dehidrasi pada penderitanya. Saat dehidrasi penderita dapat merasakan mulut terasa kering, haus, lemas, mata tampak cekung, kulit terasa kering, hilangnya elastisitas kulit, denyut nadi cepat serta urin menjadi berkurang. Kehilangan cairan dan elektrolit merupakan komplikasi utama dari penyakit kolera, terutama bagi penderita usia lanjut dan anak-anak. Bila gejala diare hebat tersebut dibiarkan atau tidak ditangani dengan baik, maka penderita dapat mengalami kematian. Kematian pada penderita umumnya disebabkan oleh kasus dehidrasi (Dziejman et al., 2002).
Penyakit kolera disebabkan oleh bakteri Vibrio Cholerae, biasanya disebut diare kolera. Diare kolera masih menjadi masalah kesehatan yang serius di negara berkembang seperti Indonesia.Diare kolera disebabkan oleh enterotoksin yang dihasilkan bakteri Vibrio cholerae dan membentuk koloni di dalam usus kecil. Terdapat beberapa kelompok serologi dari bakteri Vibrio cholerae, namun hanya ada dua jenis yang dapat menyebabkan penyakit yang mewabah, yakni Vibrio cholerae O1 dan Vibrio cholerae O139.
BAGAIMANA CARA PENULARAN KOLERA ?
Bakteri kolera biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi, karena sanitasi yang tidak memenuhi standar (Bitton, 2005). Selain itu, bakteri ini juga dapat masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang tidak dimasak dengan benar. Jadi bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri kolera sebelumnya. Feces penderita merupakan sumber infeksi utama penyakit kolera.
Bakteri vibrio cholerae biasanya ditemukan pada air kotor atau pasokan air minum yang terkontaminasi dengan feses yang mengandung bakteri tersebut. Umumnya orang akan terkena kolera setelah menelan bakteri vibrio cholerae yang sudah mengontaminasi sumber makanan atau air. Sekitar 5%-10% dari orang yang sebelumnya sehat akan mengalami diare hebat dalam waktu sekitar satu sampai lima jam setelah menelan bakteri vibrio cholerae.
Selain itu bakteri vibrio cholerae sering mengontaminasi pada pasokan air massal, es yang terbuat dari sumber air massal, makanan dan minuman yang diproduksi dengan higiene yang buruk, sayuran yang tumbuh dengan diairi limbah serta kerang dan ikan mentah dan makanan laut lainnya yang diperoleh dari perairan yang tercemar limbah.
Air sumur dan mata air dapat terkontaminasi dengan Vibrio cholerae sehingga dapat menjadi tempat hidup sekaligus transmisi dari kuman tersebut. Juga air yang disimpan di tempat penyimpanan yang bermulut lebar seperti tempayan, dapat terkontaminasi melalui tangan atau benda-benda lain yang digunakan untuk mengambil air. Disamping kontaminasi air yang merupakan rute utama transmisi kolera, makanan juga merupakan faktor penting dalam penularan kolera, terutama makanan yang tidak dimasak atau setengah matang. Ikan dan kerang-kerangan telah lama diketahui berperan dalam transmisi kolera.
TIPS MENCEGAH PENYAKIT KOLERA
Secara primer pencegahan terhadap kolera adalah dengan memperbaiki hygiene pribadi dan masyarakat yang ditunjang dengan penyediaan sistim pembuangan feces yang memenuhi syarat serta penyediaan air bersih yang memadai.
Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir terutama saat hendak makan dan setelah dari toilet.
Hindari makan daging mentah
Hindari makan seafood yang tidak di masak dengan benar terutama ikan dan kerang-kerangan
Mengkonsumsi makanan yang di masak dengan matang.
Hindari jajan makanan atau minuman sembarangan
Hindari minum susu yang tidak di pasteurisasi
Minum air yang telah di masak hingga mendidih
Mencuci buah-buahan dan sayuran
Mencuci peralatan masak dan makan
Hindari bepergian ke daerah yang endemis kolera. Berdasarkan data WHO tahun 2015, beberapa negara di Afrika seperti Kongo, Kenya, Malawi, Mozambik, Nigeria, Somalia, Sudan, dan Tanzania merupakan daerah yang terkena endemis kolera.
Melakukan vaksinasi kolera bila akan bepergian ke daerah yg endemis kolera. Menurut WHO, enam bulan setelah vaksin kolera diberikan, tingkat keberhasilan di semua kelompok usia adalah 85%-90%, dan menurun menjadi 62% pada orang dewasa dalam waktu satu tahun.
BAGAIMANA PENANGANAN KOLERA?
Untuk mencegah dehidrasi dapat minum cairan yang mengandung elektrolit (oralit). Pada keadaan diare yang berat, lebih baik segera minta pertolongan medis daripada mencoba menanganinya sendiri. Segeralah minta pertolongan medis apabila terjadi diare yang terus menerus atau jika terjadi muntah. [DO]
Prepared by: dr Novie hediyani, MKK
SUMBER :
https://dunia.tempo.co/read/news/2017/07/02/115888193/wabah-kolera-tewaskan-1-500-penduduk-yaman
http://health.liputan6.com/read/3009704/1500-korban-tewas-akibat-kolera-di-yaman
http://www.medkes.com/2014/07/gejala-penyebab-dan-pengobatan-kolera.html
https://www.cdc.gov/cholera/index.html
Diagnosa Vibrio Cholerae dengan Metode Kultur dan Polimerase Chain Reaction (PCR) pada Sampel Sumber Air Minum,Kharirie, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes, Kemenkes RI
Tatalaksana Diare Akut, Lukman Zulkifli Amin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia
Cholera, Asih Rahayu, Dosen FK Universitas Wijaya Kusuma surabaya